Kegiatan Survei Evaluasi Prevalensi Mikrofilaria Pasca Popm Filariasis (Pre – Tas) Di Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021


Program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) filariasis 5 tahun telah dilaksanakan tahun 2015-2019 oleh dinas kesehatan kabupaten/kota di sembilan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, salah satunya adalah Kabupaten Pekalongan, sebagai upaya eliminasi filariasis. Untuk mengetahui apakah terjadi penurunan rerata mikrofilaria menjadi di bawah 1% setelah pelaksanaan POPM Filariasis tersebut, perlu dilakukan evaluasi pada tahun 2020. Karena adanya Pandemi COVID 19, pada tahun 2021 baru dapat dilaksanakan kegiatan Survei Evaluasi Prevalensi Mikrofilaria Pasca POPM Filariasis (Pre – TAS) di Kabupaten Pekalongan.


Pelasanaaan kegiatan Survei Evaluasi Prevalensi Mikrofilaria Pasca POPM Filariasis (Pre-TAS) di Kabupaten Pekalongan dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan, yaitu (1) Pengumpulan Data; (2) Pembekalan Teknis Petugas Pelaksana Survei; dan (3) Pengumpulan Spesimen. Tahap pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2021 untuk mempersiapkan pelaksanaan kegiatan khususnya terkait pemilihan lokasi kegiatan yang terdiri dari dua lokasi yaitu desa sentinel dan desa spot, dan kesiapan petugas daerah dalam mendukung pelaksanaan survei. Petugas dari BBTKLPP Yogyakarta terdiri dari JFT Epidemiolog Kesehatan Ahli Madya (Dian Trikoriati, S.T., S.K.M., M.P.H.), JFT Epidemiolog Ahli Muda (Heldhi B. Kristiyawan, S.K.M., M.Eng.), dan JFT Pranata Keuangan (Setiawan Agus Hari Wibowo, A.Md.).


Tahap berikutnya adalah pembekalan teknis petugas pelaksana survei atau On Job Training (OJT) pada tanggal 30 Maret 2021 yang dilakukan dalam rangka mengkomunikasikan pelaksanaan kegiatan survei Pre-TAS dan mempersiapkan tenaga daerah yang berjumlah 20 orang dalam pelaksanaan survei. Materi yang diberikan dalam OJT antara lain adalah pengambilan darah jari, pembuatan sediaan, pewarnaan, dan pemeriksaan sediaan Survei Darah Jari (SDJ). BBTKLPP Yogyakarta mengirim tim yang terdiri dari JFT Epidemiolog Ahli Muda (Heldhi B. Kristiyawan, S.K.M., M.Eng.), dan JFT Pranata Laboratorium Kesehatan Penyelia (Aslam Fahmiaji, A.M.K.L.).


Tahap pengumpulan spesimen berlangsung selama 5 hari, 5–9 April 2021, di wilayah Puskesmas Wiradesa yaitu Kelurahan Pekuncen sebagai desa sentinel, dan wilayah Puskesmas Buaran yaitu Desa Simbang Wetan sebagai desa spot, dengan jumlah target minimal sebanyak 300 spesimen SDJ di setiap lokasi survei (satu desa). Tim pengumpulan spesimen merupakan gabungan petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan, Puskesmas Wiradesa, Puskesmas Buaran, Kader Kelurahan Pekuncen, Kader Desa Simbang Wetan, perangkat desa terkait, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, dan dari BBTKLPP Yogyakarta yang terdiri dari Subkoordinator Pengkajian dan Diseminasi (Imam Wahjoedi, S.K.M., M.P.H.), JFT Pranata Laboratorium Kesehatan Penyelia (Aslam Fahmiaji, A.M.K.L.), Yulianta, S.ST. (JFT Pranata Laboratorium Kesehatan Mahir), JFT Pranata Laboratorium Kesehatan Mahir (Rudiyanto, A.Md.) dan JFU Pranata Laboratorium Kesehatan (Dwoyo Giyatmoko).


Kegiatan pengumpulan spesimen di kedua desa diawali dengan sosialisasi kepada masyarakat tentang tujuan kegiatan dan tata cara pelaksanaan kegiatan pengambilan spesimen SDJ yang dilaksanakan pada malam hari (pukul 21.00 s.d 02.00 WIB) sehingga diharapkan adanya kepedulian dalam bentuk tingginya partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan ini. Hasil sosialisasi ini cukup efektif karena dari hasil pengumpulan spesimen SDJ yang dilaksanakan, didapatkan 324 orang responden di Kelurahan Pekuncen yang berusia antara 6-73 tahun, dengan proporsi 44% adalah laki-laki dan 56% perempuan. Selanjutnya, untuk Desa Simbang Wetan terjaring sebanyak 305 orang responden berusia antara 8–75 tahun dengan proporsi 54% laki-laki dan 46% perempuan. Dalam tahap pengumpulan spesimen ini, dilakukan supervisi/monitoring kegiatan oleh Kepala BBTKLPP Yogyakarta (Dr. dr. Irene, M.K.M.) dan Koordinator Bidang Surveilans Epidemiologi (dr. Yohanna Gita Chandra, M.S.). Spesimen darah jari yang terkumpul akan diproses lebih lanjut di Instalasi Laboratorium Parasitologi BBTKLPP Yogyakarta untuk mengidentifikasi keberadaan mikrofilaria.