Pertemuan Virtual Evaluasi Dan Sinkronisasi Kegiatan Sistem Surveilans Sentinel Japanese Enchepalitis Di Indonesia Tahun 2020


Pada Hari Senin tanggal 7 Desember 2020, BBTKLPP Yogyakarta mengikuti pertemuan Virtual Evaluasi dan Sinkronisasi Kegiatan “Sistem Surveilans Sentinel Japanese Enchepalitis” (S3JE) di Indonesia Tahun 2020 yang diselenggarakan oleh Direktorat P2PTVZ melalui Subdit Arbovirosis. Peserta pertemuan yaitu PBTDK Puslitbangkes Jakarta, Dinas kesehatan Provinsi yang terkait, 10 B/BTKLPP Se-Indonesia, UPT BLK Provinsi Bali dan Kalbar serta Subdit Imunisasi Direktorat Surkarkes dan WHO EPI. Dari BBTKLPP Yogyakarta diwakili oleh Kepala Bidang ADKL, Feri Astuti, ST., MPH., Kasie Lingkungan Biologi, Dien Arsanti, SKM., M.Env. dan petugas Laboratorium terkait Rahmawati Wahyu Utami.
Pertemuan dibuka oleh Direktur P2PTVZ, DR. drh. didik budijanto M.Kes. Disampaikan dalam sambutannya mengenai penyajkit JE dan sejarah JE di Indonesia yang melatarbelakangi dilaksanakannya S3JE di Indonesia. selanjutnya adalah penyampaian beberapa materi yang pertama materi mengenai ´Surveilans JE Di Provinsi Bali” yang disampaikan narasumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali, selanjutnya materi mengenai “Rencana Perluasan Introduksi Imunisasi Japanese Encephalitis (JE) berdasarkan cMYP 2020 – 2024” disampaikan narasumber Ita Sitowati dari Subdit Imunisasi dan yang ketiga materi mengenai “Epidemiology of Japanese Encephalitis and Its Response Vaccination”disampaikan narasumber dari Subdit Surveilans PD3I.
Acara dilanjutkan dengan diskusi. Yang menjadi pertanyaan peserta dalam diskusi diantaranya mengenai keberlanjutan kegiatan S3JE tahun 2021 karena di tahun 2020 dihentikan sejak adanya pandemic COVID-19, yang dijawab oleh Narsum dari Subdit Arbovirosis masih akan dilanjutkan di tahun 2021. Selanjutnya mengenai jenis spesimen yang dikumpulkan, untuk S3JE spesimen yang terbaik untuk pemeriksaan IgM adalah LCS namun demikian kemampuan RS untuk melakukan pengambilan sampel tersebut berbeda-beda mungkin hal ini bisa dipertimbangkan. Pertanyaan lain yang muncul dari peserta adalah apakah bisa dilakukan pengujian specimen S3JE selain dengan metode Elisa yaitu dengan menggunakan PCR. Disampaikan narasumber dari Litbang bahwa masa viremia JE hanya sebentar sehingga yang paling tepat untuk pengujian specimen S3JE yaitu yaitu pengujian IgM dengan menggunakan Elisa. Selesai diskusi, acara ditutup oleh Kasubdit Arbovirosis, dengan menekankan beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti berdasarkan hasil diskusi diantaranya yaitu perlunya revisi pedoman S3JE dan meminta daerah untuk lebih aktif dalam surveilans JE terutama di Provinsi Bali.