Webinar Internasional Perkembangan Dan Pengembangan Metoda Surveilans Vektor Berbasis Molekuler


Pada tanggal 13 Juni 2020 telah diselenggarakan Webinar Internasional melalui aplikasi Zoom dan kanal Youtube dengan tema Perkembangan dan Pengembangan Metoda Surveilans Vektor Berbasis Molekuler. Pemilihan tema dan pelaksanaan webinar ini didasari pemikiran terhadap beberapa hal berikut:

a.   Penyakit tular vektor nyamuk (mosquito borne-diseases), terutama malaria hingga saat ini masih menjadi penyakit prioritas dikendalikan di Indonesia, juga di dunia. Di tahun 2018 tercatat 228 juta kasus malaria di dunia, dengan incidence rate (IR) 57 per seribu penduduk. Kasus malaria di Indonesia yang terangkum dalam kasus malaria di wilayah regional Asia Tenggara turut berkontribusi terhadap  tingginya IR malaria di dunia. Malaria di dunia tahun 2018 telah mengakibatkan kematian pada 405.000 penderita.

b.    WHO merekomendasikan dua strategi utama pencegahan dan pengendalian malaria, salah satunya adalah pengendalian vektor - pengendalian pada nyamuk penular malaria (Anopheles sp). Disebutkan WHO bahwa pengendalian vektor malaria dengan intervensi utama berupa penggunaan kelambu berinsektisida – long lasting insecticidal nets (LLINs) dan penyemprotan dinding dalam rumah dengan insektisida – indoor residual spraying (IRS) telah berkontribusi signifikan menurunkan kasus dan kematian akibat malaria di dunia (WHO, 2018).

c.   Pemilihan metoda pengendalian vektor berupa penggunaan LLINs dan atau IRS, itu harus didasarkan  bukti entomologis vektor malaria di wilayah setempat. Dalam hal ini, kemampuan Entomolog Kesehatan atau petugas lain yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pengamatan (surveilans) dan pengendalian vektor sangat menentukan keberhasilan program pengendalian vektor.

d.   Entomolog Kesehatan atau pelaksana kegiatan pengamatan dan pengendalian vektor harus benar-benar memahami vektor yang akan dikendalikan, meliputi informasi spesies apa yang berperan sebagai vektor di wilayah kerjanya, bagaimana karakteristik bionomik vektornya, terutama menyangkut perilaku/kebiasaan populasi vektor di dalam mencari pakan/darah, yaitu apakah lebih senang menggigit pada manusia (antropofagik) atau pada binatang (zoofagik), lebih suka menggigit manusia di dalam rumah (endofagik) atau di luar rumah (eksofagik), lebih senang mencari tempat beristirahat di dalam rumah (endofilik) atau di luar rumah (eksofilik), serta bagaimana status kerentanannya terhadap insektisida yang digunakan program pada IRS dan LLINs (masih rentan atau sudah mulai toleran).

e.    Informasi entomologis yang diperlukan seringkali tidak cukup tersedia di unit kerja, mulai di tingkat puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten dan Provinsi serta di Unit Utama (Subdit Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit) akibat adanya faktor penghambat, antara lain masih terbatasnya pengetahuan dan keterampilan Entomolog Kesehatan atau petugas terkait terhadap: perkembangan metoda atau teknik terbaru dalam hal teknik sampling nyamuk, penentuan spesies, konfirmasi spesies vektor, dan deteksi resistensi vektor terhadap insektisida yang saat ini mulai banyak mengarah pada pemeriksaan berbasis molekular. Terlebih dalam hal Barkoding DNA nyamuk vektor malaria, yang saat ini tampaknya belum menjadi prioritas, sementara informasi tentang Barcode DNA vektor malaria merupakan hal krusial dikembangkan, terutama dalam rangka:

-  Penyediaan bank data (referensi) keragaman spesies vektor malaria di Indonesia, sekaligus menjadi referensi dalam mengidentifikasi spesimen yang menemukan kendala dalam identifikasi secara mikroskopis berdasarkan karakter morfologis, sehingga identifikasi harus ditetapkan berdasarkan pemeriksaan secara molekular - berdasarkan  karakter genotipe (susunan nukleotida DNA gen target).

-  Adanya database genotipe spesies vektor malaria di Indonesia akan memudahkan stakeholder terkait dalam mengklaim adanya invasi spesies impor, atau sebaliknya, dapat mengkounter klaim negara luar tentang adanya spesies vektor impor dari negara kita.

f.   Dengan terus berkembangnya metoda/teknik molekular dalam pemeriksaan vektor menuntut SDM Entomolog kesehatan atau praktisi di bidang entomologi kesehatan untuk terus meningkatkan kemampuan teknisnya dengan cara mengikuti setiap perkembangan yang ada.

g.  Webinar menjadi salah satu solusi, yaitu dapat menjadi wadah untuk meningkatkan pengetahuan dan memperluas wawasan bagi Entomolog Kesehatan maupun fungsional terkait lainnya dalam surveilans vektor berbasis molekuler, juga bagi stakeholder terkait di dalam evaluasi dan penentuan kebijakan surveilans dan pengendalian vektor ke depannya.

 

Berkenaan dengan hal tersebut di atas maka organisasi profesi Perkumpulan Entomologi Kesehatan Indonesia (PEKI) Cabang DIY-Jateng, yang difasilitasi dan didukung oleh Subdit Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit Direktorat P2PTVZ Kemenkes RI, WHO untuk Indonesia, PEKI Pusat dan BBTKLPP Yogyakarta telah menyelenggarakan Webinar Internasional dengan Tema yang disebutkan di atas.

 

Antusias pendaftar sangat tinggi, terlihat dari jumlah pendaftar mencapai 2.947 orang dari 3.000 kuota. Webinar dimulai pukul 09.00 dan berakhir pukul 12.10, atau melampaui dari batas waktu yang ditetapkan (11.30 WIB). Acara dipandu oleh MC Dr. Andiyatu, SKM, M.Si, Entomolog Kesehatan Ahli dari BBTKLPP Yogyakarta, sebagai Ketua Panitia Penyelenggara Webinar dan Ketua PEKI Jateng-DIY. Ada tiga pokok acara yang dilaksanakan dalam webinar ini, yaitu: pertama, Pembukaan yang diawali dengan sambutan dari Ketua Umum PEKI Pusat - Bpk. Dr. Suwito, SKM, M.Kes, disusul sambutan dari WHO untuk Indonesia – Ibu Sereene Joseph, Ph.D dan sambutan sekaligus pembukaan webinar secara resmi oleh Direktur P2PTVZ, Ibu dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid. Acara kedua, yaitu paparan materi dari 4 (empat) narasumber, yaitu: (1) Bpk. William A. Hawley, Ph.D, MPH – Kepala Subdit. Vektor dari CDC Atlanta dengan topik materi Teknik Sampling dan Analisis Vektor, (2) Bpk. Prof. Din Syafruddin, Ph.D dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Jakarta dengan topik Mosquito Species Identification: The use of Molecular Methods, (3) Bpk. Prof. Rosichon Ubaidillah, M.Phil, Ph.D – Profesor Riset Bidang Zoologi dari LIPI Jakarta dengan topik Pengembangan Barcode DNA sebagai Penanda Spesies Nyamuk, dan (4) Adeline Chan, MPH, Ph.D, – Divisi Penyakit Parasitik, CDC Atlanta dengan topik Metoda dan Analisis Uji Resistensi Nyamuk Secara Moekular. Paparan materi dilakukan secara panel oleh empat narasumber dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh moderator Bpk. Prof. Momammad Sudomo, Ph.D. Beliau menjabat sebagai Ketua Komisi Ahli Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit, juga sebagai Ketua Komite Etik Penelitian Kesehatan pada Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes. RI.

Setelah sesi paparan materi dan sesi tanya jawab berakhir, acara dilanjutkan dengan sambutan sekaligus penutupan webinar secara resmi  yang disampaikan oleh Kepala Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta, Ibu Dr. dr. Irene, MKM, yang juga sebagai salah satu Pelindung/Penasihat dari PEKI Jateng-DIY.

Proses penyelenggaraan webinar ini berjalan lancar, yang tentu tidak terlepas dari bantuan fasilitasi teknologi dan informasi (IT) dari Host/Co-host WHO Indonesia (Ibu dr. Herdiana, M.Epid dan Team) dan dari Kepala BBTKLPP Yogyakarta bersama jajarannya, yakni Kepala Bagian Tata Usaha (Dian Trikoriati, SKM, MPH), Kepala Bidang Surveilans Epidemiologi (Sayekti Udi Utama, SKM, M.Kes), Kepala Bidang Pengembangan Teknologi Laboratorium (Indah Nur Haeni, S.Si, M.Sc), Kepala Bidang Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (Feri Astuti, ST, MPH), Instalasi Teknologi Informasi (Mardiansyah, S.Kom, M.P.H bersama tim teknis), serta anggota panitia penyelenggara webinar, baik yang dari BBTKLPP Yogyakarta (Y. Didik Setiawan, S.Si, M.Si dan Yuli Padmasari, Amd.K), Dinas Kesehatan DIY (Rega Dharmawan, SKM), FKM UNDIP Semarang (Retnoningsih), Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo (Widonarto, ST), Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo (Erna Handayani, SKM, M.Sc), Dinas Kesehatan Kabupaten  Purbalingga (Lejar Pribadi, S.Si), IT PEKI (Fajar Isnaini, SKM)  dan dari KKP Kelas I Yogyakarta (Suzana Dewi Agustjahjani, SKM).